Dituding Rasis dan Hina Etnis Jawa karena Unggahan Soal Jokowi dan Babu, Pigai: Mana Menghinanya?
BEBERAPA waktu lalu, mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai menjadi sasaran ucapan bernada rasis dari sejumlah aktivis media sosial.
Para pelaku rasisme terhadap Natalius Pigai itu segera dilaporkan ke pihak berwajib dan sudah ada yang dijadikan tersangka, yakni Ambroncius Nababan, Ketua Relawan Pro Jokowi-Amin (Projamin).
Namun di tengah pergolakan kasus tersebut, muncul tuduhan Natalius Pigai juga pernah membuat cuitan bernada rasis ketika menyinggung Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Cuitan Natalius Pigai itu tampaknya ditujukan untuk menyindir kinerja Presiden Jokowi yang sedang menjalankan pemerintahan Indonesia di periode kedua.
Sebagaimana dikabarkan PikiranRakyat-Depok.com dalam artikel "Bantah Tuduhan Hina Orang Jawa, Natalius Pigai: Hanya Tanya Apakah Suku Lain Itu Babu, Mana Menghinanya?", Natalius Pigai menyebut orang Jawa tidak mungkin minta maaf.
“Sebagai orang Jawa tidak mungkin minta maaf. Kata maaf yang dari Wapres bisa saja dari Jokowi. Ini jadi dasar Jokowi-Mar'uf nyatakan tidak mampu jalankan amanat Konstitusi,” tulis Pigai dalam cuitannya pada 22 Mei 2020 lalu.
Menurutnya, MPR seharusnya bertanya kepada Jokowi apakah sang presiden masih mampu untuk memimpin negara atau tidak.
“MPR mesti bertanya ke Jokowi apa masih mampu memimpin Indonesia demi kepentingan Bangsa dan Negara,” lanjutnya.
Pernyataan ini muncul sebagai respon dari permintaan maaf yang disampaikan oleh pemerintah melalui Wakil Presiden Mar'uf Amin, lantaran kesulitan dalam menghadapi pandemi corona.
Selain menyebut orang Jawa tidak mungkin minta maaf, Pigai juga menyinggung suku Jawa karena ia mengatakan bahwa Indonesia terlalu dimonopoli oleh suku Jawa.
Pernyataannya itu didasarkan pada kondisi di mana Indonesia tidak pernah dipimpin seorang presiden dari luar Pulau Jawa.
Ia juga menanyakan posisi masyarakat luar pulau Jawa yang dikaitkannya dengan babu lantaran presiden selalu berasal dari Pulau Jawa.
“Presiden satu daerah, satu pulau, wakil presiden satu pulau, terus sekarang yang berasal dari luar pulau itu apa? Babu gitu? Sampai kapan mau jadi babu?” ujar Natalius Pigai dalam video yang diunggah oleh kanal YouTube Macan Idealis.
Usai argumennya tersebut menuai pro dan kontra lantaran dinilai menghina suku Jawa, Natalius Pigai lantas mengklarifikasi bahwa dirinya tidak merasa menghina suku Jawa.
Menurutnya, ia hanya menyampaikan kritik terhadap kegagalan sistem politik Indonesia.
Pigai mengklaim bahwa dengan mempertanyakan status rakyat Indonesia yang berasal dari luar pulau Jawa dan mengaitkannya dengan istilah babu, bukan berarti ia menghina pihak tertentu.
“Saya kritik kegagalan sistem politik dan dampaknya, dan perubahan UU Pemilu yang Pancasila dan Bhinneka," tulisnya di Twitter.
"Yang like video 590 orang. Kok saya dibilang hina Jawa? Itu kritik bukan hina," ujarnya menambahkan.
"Misal by design (dengan sengaja) hanya satu suku pimpin selama 74 tahun. Saya dengan tanya, apa orang luar Jawa itu babu? Mana hinanya?” cuit aktivis HAM tersebut.
Sy kritik kegagalan sistem politik & dampaknya & perubahan UU Pemilu yg Pancasila & Bhineka. Yg like video 590 org & dislike cuma 28 org. Ko Sy dibilang hina Jawa?. Itu kritik bkn hina. Mis: by design hy 1 suku pimpin 74 thn. Sy dgn tanya apa org luar Jw itu babu? mana hinanya? pic.twitter.com/FJ7wyxZWZn— NataliusPigai (@NataliusPigai2) January 28, 2021

Belum ada Komentar untuk "Dituding Rasis dan Hina Etnis Jawa karena Unggahan Soal Jokowi dan Babu, Pigai: Mana Menghinanya?"
Posting Komentar